Kamis, 13 Januari 2011

Laksanakan!

Nggak terasa sudah hampir satu tahun, saya tinggal di Pulau Dewata ini. Kalau dipikir-pikir, kok bisa ya saya nyangkut di pulau ini. Tapi, yah itulah skenario Allah. Unik dan kadang-kadang mengejutkan.


Makassar, 11 Maret 2010

Hari ini mungkin adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh peserta Diklat Auditor karena pada hari inilah penempatan kami akan diumumkan. Semua terlihat harap-harap cemas menunggu datangnya hari ini. Dan memang benar. Telah tampak Pak Sulung Setyo Amboro, Kasubag Pengembangan Kompetensi Biro SDM yang akan mengumukan penempatan kami. Kebetulan beliau mengajar mata diklat Etika Profesi Auditor di kelas sebelah.
Pagi harinya, semua terlihat tampak lesu. Sarapan pagi, yang biasanya diselingi canda dan tawa, kali ini tidak terlalu bergairah. Andik, yang biasanya menjadi pioner dalam meramaikan suasana, kali ini pun tidak terlalu beraksi. Setelahnya seperti biasa kami pun apel pagi dan langsung masuk kelas untuk mengikuti pelajaran.

Sepanjang waktu pelajaran, beberapa dari kami agak sulit berkonsentrasi mengikuti pelajaran. Beberapa yang lain masih berusaha mengikuti penjelasan dari Pak Andi, dosen kami. Tumpukan kertas, dan kesibukan diskusi khas Praktikum Auditing pun tidak terjadi seperti biasanya. Kertas Kerja Audit yang harusnya kami selesaikan dan bereskan, dibiarkan terbengkalai begitu saja. Ada yang malah menyetel musik, dan main game, di sela-sela pekerjaan dan tekanan yang mendera kami. Pak Andi pun sepertinya paham dengan apa yang kami alami, dan pikirkan, sehingga dia membiarkan saja.

Di sore hari, rencana awalnya penempatan akan diumumkan setelah shalat ashar. Namun demikian, rencana itu diundur kembali hingga setelah shalat maghrib. Dan tibalah saatnya pengumuman. Semua peserta diklat memakai seragam putih hitam plus dasi seperti biasanya. Semua dikumpulkan di ruang theater. Si Andik, teman sebelah saya membawa buku "The Naked Traveler" yang kemudian saya baca-baca. Pak Sulung mengawali dengan penjelasan-penjelasan mengenai teknis penempatan. TIdak lupa juga dengan motivasi-motivasinya. Kemudian beliau menayangkan kembali video dokumentasi audit di Papua. Luar biasa perjuangan mereka. Saya hanya bisa berpikir, kalau saya yang diberi kesempatan mengabdi di Papua, bismillah saya akan melakukan yang terbaik.  Insya Allah, saya siap ditempatkan dimanapun.



Satu persatu nama kami akan dibacakan, dan saya pun tak berhenti berdzikir. Degg,., nama saya disebut pertama kali. Sebagian teman saya mengira, saya disebut pertama kali karena saya ketua angkatan. Dan menurut tradisi ketua angkatan biasanya ditempatkan di Pusat. Ternyata tidak demikian. Nama saya disebut pertama, karena nama provinsi tempatnya memang berada di urutan pertama secara abjad. "Nafis El-Fariq... di Indonesia bagian...." ucap Pak Sulung. "Tengah..", lanjutnya. "BPK RI Perwakilan Provinsi... Bali". Alhamdulillah. Hanya itu yang bisa terucap. Setelah itupun semua dibacakan. Beragam ekspresi yang saya tangkap dari teman-teman saya. Ada yang menangis. Ada yang tertawa riang. Dwi Setyo Aji & Nurrahmat di Banda Aceh. Afriza & Andreas di Jambi. Titik & Putu di Bengkulu. Antik dan Hudha di Palembang. Andik dan Irsan di Pangkalpinang. Delvi dan Yudhis di Pekanbaru. Livia di Bandar Lampung. Selly dan Jaelani di Banten. Agus di Pontianak. Ade Rahmawan di Banjarbaru. Eko dan Ilham di Samarinda. Harmita di Mataram. Jefri dan Benny Josua di Kupang. Peni dan Feri di Makassar. David di Palu. Alan dan Lutfhi di Kendari. Farid dan Salman di Mamuju. Yustina dan Marzuki di Gorontalo. Wiwik dan Farid di Manado. Nico dan Nawa di Ternate. Imron dan Fajar Wahyudi di Ambon. Amalia Irmaningtyas, Noviana, dan Lukman Hakim di Manokwari. Putri Catalya, Riskha dan Romi di Jayapura. Subhanallah. Saya punya teman di hampir seluruh penjuru Indonesia.


Setelah pengumuman itu, kami semua dikumpulkan di depan asrama. Apel malam yang biasanya dilakukan jam 21.00 dimajukan menjadi jam 19.30. Iptu (Pol) Khaerudin yang langsung memimpin Apel, langsung membuka apel tersebut dengan singkat. David memimpin semua menyanyikan lagu Mars BPK dan Hymne BPK. Kami berangkulan tangan. Saya merasakan suasana yang sangat heroik pada saat itu. Sejatinya kami baru faham, makna dari lagu Mars BPK yang setiap hari kita nyanyikan.


Mars BPK

Demi tanah air dan bangsa
Yang terus membangun
Demi tercapai cita-cita Pancasila

Siapkanlah jiwa ragamu
Hai abdi negara di BPK
Gerak berdasar Undang-undang mengayomi harta negara

Dengan senjata cakra bermata tiga menjadi satu bersemboyan 
Tepat, cermat dan juga hemat, di bawah tujuh janji luhur
Janganlah segan, janganlah gentar
Laksanakan demi bangsamu
Hayatilah dan amalkanlah Sapta Prasetya Jati.




Ya, itulah lirik Mars BPK. "Laksanakan demi bangsamu" itu yang harus kami camkan. Seberat dan sesulit apapun tugas yang diberikan.

Denpasar, Jum'at 14 Januari 2011


Hari ini, di meja kerja saya tertumpuk beberapa dokumen dan list pekerjaan yang harus saya selesaikan. Tiba-tiba saya teringat teman-teman saya di berbagai penjuru Indonesia. Bagaimana kabar mereka sekarang. Ingin sekali menyapa mereka satu persatu. Ah, tapi tentu mereka pun sibuk di meja kerjanya masing-masing. Atau mungkin ada yang sedang mengukur jalan. Ada pula mungkin yang sedang di ruangan berpendingin udara mewawancara wakil bupati atau kepala dinas. Oh, mungkin juga ada yang sedang berpanas-panas, cek fisik jembatan. Yang jelas, yang mereka semua laksanakan adalah untuk bangsa ini. Untuk negara ini. 


Oh iya, saya rehat dulu sebentar ah.. nulis tulisan ini,,,,hehe

1 komentar:

  1. Jika dan hanya jika, kita mempunyai keinginan untuk elakukan yg terbaik, maka segalanya menjadi mungkin. InsyaAlloh.


    *aku jadi ingat citacitaku jdi auditor, fyuhh

    BalasHapus